Bab 581
Nindi dan Yanisha pergi ke Restoran
Pyrus bersama.
Dengan adanya Yanisha di sampingnya,
Nindi bisa masuk ke Restoran Pyrus dengan mudah.
Mungkin karena Witan dan Sania sempat
dihentikan di luar Restoran Pyrus sebelumnya, jadi kali ini mereka sengaja
memilih makan di sana.
Yanisha berjalan perlahan sambil
berkata dengan nada menyesal, "Aku mau ke toilet dulu."
Nindi melihat lantainya agak basah,
sepertinya baru dipel.
Dia mengambil inisiatif dan berkata,
"Aku temani, ya."
Mereka pun masuk ke kamar mandi
bersama-sama. Nindi hanya menunggu di depan wastafel. Beberapa detik kemudian,
Sania keluar dari bilik.
Sania memakai gaun malam putih yang
sangat ketat, dia tampak seperti burung merak yang merasa sangat bangga.
"Nindi, kamu benar-benar masuk
ke sini? Kamu bahkan nggak punya keanggotaan, apa pacarmu lagi -lagi dapat
keanggotaan itu dari Kak Zovan tanpa bayar?"
Sania melangkah dengan sepatu hak
tinggi, sambil mengangkat dagunya penuh kebanggaan. Dia sengaja memamerkan
cincin berlian besar di jarinya.
"Nindi, lihat ini! Cincin
berlian besar ini dibelikan sama Kak Witan, harganya dua miliar lebih. Kurasa
pacarmu bahkan nggak bisa menghasilkan dua miliar dalam setahun."
Sania tampak sangat senang, dia
berkata lagi, "Aku sudah ingatkan kamu dari dulu, jangan cari pacar yang
miskin. Setia dan penuh kasih sayang itu nggak ada gunanya."
"Dalam hal ini, aku memang nggak
sebaik kamu. Lagi pula, kamu 'kan baru saja dicampakkan Yanuar. Setelah
impianmu menikahi keluarga kaya hancur, kamu beralih ke Kak Witan yang
tergila-gila padamu. Kamu memang selalu setia sama uang."
Nindi menatap gaun Sania dan berkata
lagi, "Tapi dibanding Yanuar, Kak Witan jauh lebih murah hati sama kamu.
Padahal kamu sudah tidur dengan Yanuar berkali-kali, tapi kurasa dia nggak
pernah membelikanmu gaun mahal dan mewah seperti itu?"
"Kamu memang tahu barang bagus.
Gaun ini karya desainer terkenal. Kak Darren menghabiskan banyak waktu untuk
mendesainnya khusus untukku, sebagai hadiah pertunanganku. Gaun ini cuma ada
satu di dunia."
Sania berkata dengan penuh
kebanggaan, " Sayangnya ini cuma ada satu, jadi Kak Darren berikan padaku.
Kamu nggak bakalan marah dan bilang Kak Darren nggak adil lagi, 'kan?
Sebelumnya kamu memaksa Kak Darren mengaku kalau dia yang menyebabkan Kak Witan
diamputasi, dia jadi sangat membencimu."
Nindi melihat ekspresi bangga di
wajah Sania dan berkata, "Kamu lupa ya, aku masih punya video yang bisa
bikin kamu nggak bisa bangkit lagi seumur hidup?"
Ekspresi Sania langsung berubah.
Lalu, dia berkata dengan kejam, "Aku sudah jelasin semuanya ke Kak Witan,
dia nggak peduli sama sekali."
"Oh ya? Kalau begitu nanti aku
tunjukkan video itu ke Kak Witan."
"Berani sekali kamu! Kamu sudah
bikin kesepakatan sama Kak Darren. Kalau video itu nggak dipublikasikan, semua
yang ada di yayasan akan jadi milikmu. Tapi kalau kamu langgar, kamu nggak akan
dapat harta warisan orang tuamu."
Setelah selesai berbicara, Sania
pergi dengan tergesa -gesa. Dia tampak seperti sedang melarikan diri dengan
panik.
Nindi tersenyum dingin. "Jadi
sebenarnya perempuan licik itu masih ketakutan," pikir Nindi.
Saat itu, Nindi menerima pesan dari
Yanisha di ponselnya, "Perutku lagi nggak enak... kamu duluan saja, nanti
aku menyusul."
Nindi melirik bilik toilet sejenak.
Percakapan antara dirinya dan Sania barusan pasti didengar oleh Yanisha.
Namun, dia tidak berniat untuk
memberi penjelasan lebih lanjut.
Nindi langsung pergi ke ruang makan.
Setelah membuka pintu, dia melihat Sania berdiri di samping Witan sambil
menangis dan membisikkan sesuatu.
Begitu Nindi muncul, suasana di ruang
makan itu langsung berubah.
Sania berkata dengan sedih, "Kak
Witan, jangan salahkan Kak Nindi. Gaun ini cuma ada satu, dia nggak bisa punya
gaun yang sama, makanya dia marah."
Witan menunjuk Nindi dan berkata
dengan marah, " Sania itu calon kakak iparmu, kamu akan bertunangan. Sudah
biasa kalau dia berpakaian cantik. Kenapa kamu iri terus padanya?"
Nindi tertawa sinis dan berkata,
"Kenapa harus iri? Sejak Sania datang ke keluarga ini, semua yang bagus
pasti diberikan ke dia duluan."
"Memang seharusnya begitu,
karena ayah Sania sudah sangat berjasa buat keluarga Lesmana. Kalau bukan
karena ayahnya, kamu mungkin sudah mati dalam kecelakaan itu. Kalau bukan
karena ayahnya, apa kamu bisa menikmati kebahagiaan sebagai Nona Besar?"
Witan berkata lagi dengan sangat
marah, "Aku perintahkan kamu untuk minta maaf ke calon kakak iparmu
sekarang. Jangan bicara padanya seperti itu lagi dan jangan bikin dia
marah."
"Kak Witan, sudahlah. Aku pakai
gaun cantik ini, sedangkan Kak Nindi nggak. Kamu juga memberiku cincin berlian
mahal itu, aku sudah sangat beruntung."
Dengan nada sombong, Sania lanjut
berkata, " Mungkin pacar Kak Nindi nggak mampu beli cincin berlian semahal
ini, makanya dia sangat marah."
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: