Bab 582
Nindi menarik kursi, lalu duduk dan
berkata, "Kak Witan, tiba-tiba aku ingat ada sesuatu yang ingin
kutunjukkan padamu... "
Ekspresi Sania berubah drastis. Dia
segera menyela dan menoleh ke Witan dan berkata, "Kak Witan, mengapa Kak
Darren dan Kak Leo belum datang?"
"Benar juga, kok mereka belum
datang?"
Begitu Witan selesai berbicara, pintu
ruang makan terbuka. Darren dan Leo masuk bersama.
Witan merasa agak kesal, "Kak
Darren, aku harus memberitahukan sesuatu padamu. Nindi ini terlalu iri. Karena
Sania pakai gaun edisi terbatas dan Nindi nggak punya gaun seperti itu, dia
jadi marah dan mengutuki Sania."
Darren tampak lelah dengan semua ini.
"Gaun apa?" tanyanya.
Dengan senyum tipis, Sania berkata,
"Ini gaun yang aku pakai hari ini. Kak Darren belikan ini sebagai hadiah
pertunanganku 'kan, tapi Kak Nindi kelihatannya agak nggak suka."
Darren langsung memerhatikan gaun
yang dikenakan Sania. Tiba-tiba, ekspresi wajahnya berübah. Dia pun langsung
bertanya, "Kenapa kamu pakai gaun ini?"
Sania tercengang, "Bukannya ini
hadiah yang kamu berikan untukku, Kak?"
"Siapa yang suruh kamu pakai?
Ayo lepas! Kapan aku pernah bilang aku mau memberikan gaun ini sebagai hadiah
untukmu?"
Darren tiba-tiba menjadi marah,
"Sania, siapa yang mengizinkanmu untuk menyentuh gaun yang kupesan?"
Sania menjawab dengan polos,
"Kak Darren, aku nggak melakukannya."
Witan berinisiatif untuk menjawab,
"Kak Darren, ini 'kan cuma gaun, kenapa kamu besar-besarin?"
Saat itu, Nindi menerima pesan dari
Yanisha di ponselnya, "Perutku lagi nggak enak... kamu duluan saja, nanti
aku susul."
Darren menatap Sania dengan marah,
lalu berkata, " Cepat lepas gaun ini!"
Sania merasa enggan untuk melepasnya,
karena dia sangat menyukai gaun ini.
Witan langsung menjelaskan, "Kak
Darren, aku tadinya lagi cari hadiah untuk Sania, tiba-tiba pengurus rumah
membawa gaun ini. Aku merrasa gaun ini sangat cocok buat Sania, dia juga sangat
suka, jadi aku putuskan untuk memberinya."
Darren menarik dasinya dan berkata,
"Witan, kalau kamu mau menghadiahi orang, jangan pakai barang -barangku
dong!"
"Kak Darren, kamu itu terlalu
pelit. Gaun jenis apa yang belum pernah dipakai Nona Besar keluarga Ciptadi?
Lagian, kudengar Nona Besar keluarga Ciptadi itu cacat. Dia nggak bisa pakai
gaun secantik itu, benar-benar mubazir,"
Witan tampak acuh tak acuh. Ia
memegang tangan Sania dan berkata, "Sania terlihat paling cantik dengan
gaun ini. la pasti akan memukau seluruh penonton saat mengenakannya di hari
pertunangan.
Sania menatap Darren dan berpura-pura
bijak, "Kak Witan, sudah lupakan saja. Lagian ini gaun yang mau Kak Darren
berikan buat pacarnya. Aku memang nggak cocok memakainya."
Sania merasa sangat kesal. 'Kak Witan
ini bahkan nggak bisa beli gaun bermerek, dia malah mencuri hadiah yang
disiapkan Darren untuk Nona Besar keluarga Ciptadi,' pikir Sania.
"Tenang aja, Kak Darren bukan
orang yang pelit. Lagian, ayahmu sudah berjasa bagi Keluarga Lesmana, Kak
Darren nggak akan menyalahkanmu."
Kata-kata ini membuat Darren sangat
marah, hingga wajahnya berubah menjadi pucat. Namun, dia tidak dapat
menyangkalnya.
Sania berpikir sejenak, lalu berkata,
"Kak Darren, sekarang aku nggak bisa ganti gaun, gimana kalau sementara hari
ini aku pakai dulu? Jangan khawatir, aku akan sangat berhati-hati biar nggak
mengotori gaun ini. Begitu sampai rumah, aku bakalan langsung ganti baju. Jadi,
ini nggak akan mengacaukan rencanamu buat Nona Besar keluarga Ciptadi."
Wajah Darren terlihat lebih baik,
"Oke, nanti aku akan membelikan gaun lain untukmu sebagai
penggantinya."
Sania mengangguk dengan penuh
pengertian. Namun, sebenarnya sudah ada rencana lain di benaknya.
Nindi mengerutkan keningnya seraya
berkata, "Kak Darren, bukannya nggak pantas kalau kamu memberi gaun yang
sudah dipakai orang lain?"
Kalau saja Nindi tidak mengenal Nona
Besar keluarga Ciptadi, dia tidak akan mencampuri urusan orang lain. Namun,
saat teringat bahwa Yanisha akan memakai baju yang sudah dipakai perempuan
licik ini, Nindi jadi merasa agak risih.
"Kak Nindi, kita semua di sini
'kan keluarga. Kalau kamu dan aku diam, mana mungkin Nona Besar keluarga
Ciptadi bisa tahu? Kecuali kalau kamu mau menjebak Kak Darren dengan suatu hal
yang nggak benar."
Sania membawa anggur merah yang sudah
dituangkan, lalu berjalan ke arah Nindi dan berkata, "Sudah banyak hal
yang terjadi akhir-akhir ini. Ayo kita minum dan berdamai."
Wajah Nindi tampak tidak sabar.
"Siapa yang mau minum denganmu?" ejek Nindi.
Saat Nindi baru saja selesai bicara,
Sania tiba-tiba tampak bagaikan kelinci yang terkejut, lalu anggur merah itu
tumpah di gaun putihnya.
Dengan mata merah dan penuh
kesedihan, Sania berkata, "Kak Nindi, kalau ada masalah, ngomong baik
baik. Kenapa harus merusak gaun ini?"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: