Bab 584
"Tapi kamu cuma punya satu
saudara perempuan yang namanya Nindi, bukan Sania, 'kan?"
Yanisha selalu berbicara dengan nada
yang sangat tenang.
Nindi melihat ekspresi Yanisha dan
merasa tenang. Tampaknya Nona Besar Ciptadi ini lebih kuat daripada yang dia
kira.
Sesaat setelah itu, Yanisha
menatapnya dan memberikan tisu.
Nindi mengambil tisu dari Yanisha
sambil berkata, Makasih."
"Seharusnya aku yang bilang
begitu."
Yanisha sudah mendengar semua
percakapan keluarga Lesmana dari luar, dia tahu apa yang sedang terjadi.
Darren berbicara dengan lebih lembut
kepada Yanisha, "Aku akan beri hadiah ulang tahun lain untukmu."
Saat ini, dia tidak berani
menyinggung keluarga Ciptadi.
"Nggak usah, aku suka gaun
ini."
Yanisha berjalan perlahan menuju
Sania. Meskipun gerakannya lambat, tampak jelas bahwa kakinya terasa tidak
nyaman.
Sania mendadak ingat sesuatu,
"Kak Darren, apa dia Nona Besar dari keluarga Ciptadi?"
Sikap Darren tampak sangat ramah
padanya, dia bahkan menyebutkan hadiah ulang tahun. Selain itu, wanita ini juga
tampaknya kesulitan berjalan.
Darren langsung mengangguk dan
menjawab, "Ya, día Nona Besar keluarga Ciptadi."
Ekspresi Sania berubah seketika, dia
langsung berkata dengan canggung, "Kak Yanisha, aku ... "
"Jangan sembarangan panggil
kakak. Kamu lebih tua dariku."
Yanisha menatap gaun yang dikenakan
oleh Sania dan berkata, "Sekarang, lepaskan hadiah ulang tahunku."
Ekspresi Sania langsung membeku,
"A... aku nggak bermaksud begitu."
"Nggak peduli kamu sengaja atau
nggak, bukannya pakai gaun orang lain untuk pamer itu agak nggak beradab?"
Kata-kata Yanisha seperti tamparan di
wajah Sania.
Sania merasa sangat terhina. Ada
kilatan suram di matanya. 'Gadis cacat ini nggak layak pakai gaun sebagus itu,
pikir Sania
Dia pun langsung berjalan ke arah
Witan dan berkata dengan sedih, "Kak Witan."
Yanisha menarik Sania sambil berkata,
"Aku lagi ngomong sama kamu, kenapa kamu menghindar ? Ah!"
Sania menarik tangannya dengan kuat,
hingga membuat Yanisha kehilangan keseimbangan.
"Hati-hati!"
"Yanisha!"
Nindi dan Darren langsung berlari
mendekat pada waktu yang sama.
Namun, Nindi bereaksi lebih cepat,
dia langsung menangkap Yanisha.
Dengan ekspresi khawatir, Nindi
menatap Yanisha yang ada di pelukannya dan bertanya, "Kamu nggak apa-apa,
'kan?"
Yanisha terdiam selama beberapa
detik, kemudian dia berkata dengan wajah merah, "Aku nggak apa-apa."
Tangan Darren masih terulur, tapi dia
akhirnya menariknya kembali dengan canggung dan menoleh ke Sania, "Kamu
..."
"Kamu jalan seperti apa? Apa
kamu sengaja ingin mendorongnya?"
Nindi menyela perkataan Darren dan
bertanya pada Sania.
Darren melihat Nindi dengan bingung.
'Ada apa dengannya? Dia selalu memotong pembicaraanku,' pikir Darren.
Sania berdiri di dekat Witan dengan
sedih, "Kak Witan, aku benar-benar nggak sengaja, aku nggak tahu Nona
Besar Ciptadi akan menarikku."
"Sania, aku tahu kamu nggak
salah. Kakak akan membantumu," ujar Witan.
Witan menatap Yanisha dan berkata,
"Nona, tolong jangan menuduh sembarangan Sania selalu baik hati dan nggak
akan pernah melakukan hal seperti itu. Tapi kamu, kalau kakimu nggak nyaman,
jangan keluar sembarangan... "
"Tutup mulutmu!"
Darren mengangkat tangannya dengan
marah, lalu menampar Witan.
Witan pun langsung berteriak kaget,
"Kak Darren, beraninya kamu memukulku karena aku orang cacat 11
Nindi mengambil sebotol anggur merah
dan menuangkannya ke mulut Witan.
'Diam!' pikir Nindi dalam hati.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: