Bab 602
Yudha melirik pria di sebelah Nindi.
Dia pernah mendengar bahwa keduanya sudah putus.
Nindi mengangguk singkat, lalu
berjalan melewati Cakra tanpa ragu.
Tatapan Cakra berubah muram. Dia
menatap Yudha yang semakin mendekat seraya berkata penuh ancaman, "Menjauh
darinya."
"Tapi, bukankah kalian sudah
putus?"
"Aku masih belum setuju."
Cakra menekan bibirnya dengan dingin,
"Aku peringatkan, jangan melakukan sesuatu yang bakal kamu sesali
nanti."
Yudha tidak menjawab, tetapi sorot
matanya menyiratkan tantangan. Pada akhirnya, dia bahkan tidak jadi merokok dan
hanya berbalik kembali ke ruang VIP.
Cakra mendecak pelan. Barusan, dia
benar-benar telah memperingatkan bocah ingusan. Rasanya tindakannya sulit
dijelaskan.
Sementara itu, Nindi keluar dari
kamar mandi setelah membasuh wajahnya dengan air dingin.
Saat kembali ke lorong, dia masih
melihat Cakra berdiri di sana. Nindi menarik napas dalam-dalam sebelum
melangkah mendekat.
Tanpa mengalihkan pandangan, dia
berjalan tepat di hadapannya. Cakra pun akhirnya berkata, "Ada jamuan
makan malam buat proyek kecerdasan buatan hari ini. Kamu mau ikut? Ada proyek
baru yang berkaitan dengan pembuatan anggota tubuh buatan."
Begitu mendengar tentang anggota
tubuh buatan, Nindi seketika teringat pada Witan.
Di kehidupan sebelumnya, dia memang
pernah mengembangkan anggota tubuh palsu berbasis kecerdasan buatan yang sangat
populer.
Dia hanya pernah menyebutkannya
sekali pada Cakra. Namun, tanpa disangka, pergerakan pria itu begitu cepat.
Sebenarnya, ini memang cukup masuk akal. Di belakang Perusahaan Patera Akasia,
ada Zovan dan Cakra. Uang ada, koneksi juga ada. 1
Nindi pun mengangguk. Dia
mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Galuh, memintanya untuk makan lebih
dulu.
Setelah itu, dia pergi bersama Cakra
menuju ruang VIP di ujung lorong.
Begitu keduanya masuk, Nindi langsung
melihat Sofia juga ada di sana.
Suasana di dalam ruangan seketika
menjadi agak canggung.
Bagaimanapun, semua orang di sana
tahu hubungan antara Sofia dan Cakra. Namun, tiba-tiba saja Cakra datang
membawa seorang gadis.
Sofia segera berdiri dan berinisiatif
menyapa lebih dulu, "Nona Nindi juga datang, ya? Benar-benar
kejutan."
Seorang pria di sebelahnya berseru
sambil tertawa, " Pak Cakra! Kamu ini keterlaluan. Jelas jelas Nona Sofia
sudah di sini, tapi kamu malah keluar dan bawa seorang gadis lain. Nggak takut
dia cemburu, ya?"
Orang-orang di sekitar pun ikut
menambah keributan.
Senyuman di wajah Sofia semakin
lebar. Dia menatap Nindi dengan penuhi rasa puas.
Namun, senyuman di wajah Nindi juga
semakin cerah, "Sepertinya aku datang di saat yang nggak tepat, ya?"
Saat itu juga, Nindi menoleh ke arah
Cakra dan memberinya sebuah senyuman.
Cakra langsung menggertakkan giginya.
Saat ini, hal terakhir yang ingin dia lihat adalah senyum di wajah Nindi.
Dalam senyuman itu, tersembunyi
sebuah belati tajam, yang jauh lebih menusuk dibanding jika Nindi langsung
marah dan memaki.
Sofia buru-buru berkata, "Nggak,
kok. Kamu justru datang tepat waktu. Kebetulan ada beberapa investor tim
e-sports di sini. Kamu sangat hebat dalam permainan, mungkin saja suatu hari
nanti bisa bergabung dengan tim profesional mereka."
"Aku nggak berencana masuk ke
tim e-sports profesional untuk saat ini."
"Kamu yakin mau menyia-nyiakan
kesempatan sebagus iní? Tim universitas itu bisa saja membatasi perkembangan
karirmu, loh."
Nindi menatapnya dengan tenang,
"Manajer time-sports sudah lama mencoba merekrutku, tapi aku selalu
menolak. Setiap orang punya jalannya sendiri."
Sofia langsung berdiri dan berjalan
ke sisi Cakra, " Cakra, cepat duduk. Semua orang sudah menunggumu dari
tadi."
Nindi berbalik dan berniat pergi.
Namun, tiba-tiba Cakra menariknya kenibali.
Mata pria itu menatapnya dengan
dalam, suaranya begitu lembut, "Kamu marah?"
Gerakan Cakra membuat semua orang di
ruangan terkejut. Mereka menatap Nindi dengan ekspresi tak percaya. Apa yang
sebenarnya terjadi di sini?
Senyuman di wajah Nindi semakin
lebar, "Aku nggak marah, kok."
Seorang pria yang tadi berbicara
mencoba bertanya dengan menyelidik, "Nona Nindi, kamu sepertinya akrab
dengan Pak Cakra, ya?"
Nindi menoleh, memberikan senyum
palsu, "Nggak terlalu."
Cakra tetap diam, dengan kepala masih
tertunduk, dia menatap Nindi. Alis Cakra sedikit berkerut sebelum memalingkan
wajah ke arah pria itu, "Dia milikku. Hati-hati kalau bercanda."
Wajah Nindi langsung terasa panas.
Apa maksudnya dia milikku?
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: