Membakar Langit ~ Bab 2276

 

Bab 2276

 

Saka merasa terdiam karena pria ini tidak pernah berkata jujur. Dia harus dipaksa baru mau mengaku. Kalau bukan karena kemampuan membaca pikirannya, dia pasti sudah kesulitan.

 

Kini, Roni dan Novea saling bertukar pandang, keduanya melihat keheranan di mata masing-masing. Ternyata dia anak dari seorang tetua ...

 

"Saka, simpan pedangnya!"

 

Roni segera menghentikan Saka, lalu dengan sigap membantu Jovian untuk bangkit. Wajahnya terlihat cemas tetapi sedikit terhibur. Dia berkata, "Jovian, kamu ini anak seorang tetua, kenapa kamu bertingkah seperti ini? Cukup ungkapkan identitasmu dan pasti ada banyak orang yang akan memberi bantuan. Kenapa harus datang ke tempatku..."

 

Jika Jovian hanya seorang murid menengah di Sekte Master Langit, itu masih bisa dimaklumi. Namun, sebagai anak dari seorang tetua yang berpengaruh, dia harus dihormati dengan baik.

 

Jovian membuka mulut, seolah ingin berkata sesuatu, tetapi setelah menatap Saka, dia malah bergumam, "Ayahku selalu menganggap aku nggak berbakat dan merasa malu memiliki anak sepertiku. Dia rerus menyembunyikan identitasku. Selain tanda pengenal yang bisa menakut-nakuti orang, dia nggak memberiku sumber daya untuk melatih diri dan menyuruhku harus berjuang sendiri. Kebanyakan orang di Sekte Master Langit bahkan nggak tahu bahwa aku anaknya..."

 

"Dia bilang kalau aku membuatnya malu, dia akan mematahkan kakiku...".

 

"Jovian, itu pasti hanya kata-kata marah dari ayahmu," ujar Roni mencoba menenangkan.

 

"Ini bukan kata-kata marah, dia benar-benar akan melakukannya kalau memiliki anak sepertiku," jawab Jovian dengan wajah muram.

 

Dia sambil menggulung celana untuk menunjukkan bekas luka di kakinya dan melanjutkan, "Tahun ini, sudah dua kali dia mematahkan kakiku."

 

Gideon benar-benar orang yang keras.

 

Ketiga orang itu terdiam.

 

Namun, meskipun Gideon tidak memberinya sumber daya latihan, dia memberi tanda pengenal itu. Jelas bahwa ayahnya tetap peduli padanya dan memberinya perlindungan di saat-saat genting. Mengenai kurangnya sumber daya latihan, itu mungkin untuk memotivasi dirinya, meski caranya terbilang ekstrem.

 

Roni menghela napas pelan. Mendapatkan ayah seperti itu, dia merasa sedikit kasihan pada Jovian, dan akhirnya berkata dengan putus asa, "Lalu, kenapa kamu harus menipu aku? Kalau ingin menipu keluarga Atmaja, itu juga nggak masalah,' kan? Kalian berdua dari Sekte Master Langit."

 

"Ada pepatah, kelinci tak makan rumput di dekat sarangnya," jawab Jovian pelan.

 

Kamu benar-benar memperhatikan orang-orangmu!

 

Roni langsung kehilangan rasa kasihan sedikit pun setelah mendengar jawabannya.

 

"Jadi, kamu turun ke dunia fana ini hanya untuk menipu beberapa barang?" tanya Saka dengan tatapan tajam.

 

"Ya... dan nggak juga," jawab Jovian dengan ragu.

 

Jovian masih merasa sedikit takut pada Saka yang bisa membaca pikirannya. Dia akhirnya berkata dengan jujur, "Aku baru saja membuat masalah besar dan takut ayahku akan membunuhku. Jadi, ketika Kompetisi Kota Sentana dimulai dan semua genius datang untuk berpartisipasi, aku diam-diam turun ke dunia fana untuk mendapatkan sesuatu. Setelah itu, aku akan bilang itu adalah hadiah dari kompetisi, supaya bisa menenangkan ayahku dan membuatnya senang... "

 

"Jadi, kamu datang untuk menipu aku!" ujar Roni dengan ekspresi muram.

 

Jovian sedikit canggung, menggaruk kepalanya dengan kikuk lalu berkata, "Ya, ya, aku salah, tapi aku cuma menipu beberapa bahan pembuat senjata, jangan laporkan aku, ya?"

 

"Enak saja, itu bahan untuk senjata tingkat langit!" jawab Roni.

 

Roni menarik napas dalam-dalam, melihat Saka sejenak, lalu berkata, "Saka, bagaimana menurutmu? Lagipula dia anak seorang tetua."

 

Dia sengaja menekankan kata tetua.

 

Saka mengerti bahwa Roni sedang mengingatkan dirinya agar dia bisa menggunakan Jovian untuk berhubungan dengan tetua di Sekte Master Langit.

 

Namun, Saka berpura-pura bingung dan berkata, " Tapi, dia baru saja menghina aku dengan sangat memalukan..."

 

Mendengar itu, Jovian hampir menangis. Dia segera berkata, "Tolong jangan laporkan aku, kalau ayahku tahu aku melakukan hal memalukan ini, dia benar-benar akan membunuhku!"

 

Saka terlihat tidak berdaya dan berkata, "Kalau begitu, kamu bisa bantu aku dengan satu hal?"

 

"Hah? Apa itu? Katakan saja selama aku bisa melakukannya!" jawab Jovian dengan antusias.

 

"Sesungguhnya, ayahmu yang sangat keras itu pasti mengharapkan kamu bisa menjadi orang yang berhasil dan membantunya, 'kan?" tanya Saka.

 

"Hah?" Jovian terkejut, langsung menggelengkan kepala dan menjawab, "Nggak, ayahku hanya berharap aku nggak membuat masalah, itu saja."

 

Saka terdiam sejenak, lalu berkata, "Kalau itu benar, maka kali ini kamu akan sangat melebihi harapan ayahmu. Ayo, ikut aku pulang, kita bicara lebih lanjut."

 

"Baik, baik," jawab Jovian dengan cepat. Kemudian dia berhenti sejenak dan menatap Saka dengan curiga, lalu bertanya, "Kenapa nggak bisa dibicarakan di sini? Kenapa harus ke rumahmu?"

 

Saka hanya meliriknya malas dan tidak menjawab. Namun, sebelum pergi, dia teringat sesuatu dan bertanya pada Roni, "Oh, kan kamu juga punya hadiah lain yang sudah disiapkan?"

 

Roni langsung mengerti. Ekspresi wajahnya terlihat aneh sejenak saat dia menatap Saka dan berkata, " Saka, bukan aku bermaksud begitu, tapi kamu harus hati-hati dengan tubuhmu. Terutama bagi orang yang berlatih bela diri, kalau energi sejati dan darahmu berkurang..."

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 2276 Membakar Langit ~ Bab 2276 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 05, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.