Bab 2306
Aston tiba-tiba berkata
dengan suara rendah, " Yasmin, leluhur kita sudah meminta banyak sumber
daya untukmu dari sekte dan sudah ada beberapa pendapat di dalam sekte."
"Dalam dua hari
ini, sekte akan mengirim utusan untuk memeriksa kualitasmu, si Gadis
Keberuntungan."
Bagaimanapun juga, tidak
ada yang bisa memberikan imbalan tanpa batas hanya berdasarkan nama. Yasmin
harus membuktikan kemampuannya kepada sekte.
"Siapa yang
datang?" tanya Yasmin dengan nada tenang.
Aston merendahkan
suaranya dan berkata, "Nggak jelas identitas spesifiknya, aku hanya tahu
dia adalah seorang praktisi pedang..."
Praktisi pedang?
Orang yang menggunakan
pedang banyak, tetapi tidak semua orang yang menggunakan pedang dapat disebut
sebagai praktisi pedang.
Praktisi pedang itu
murni dan unik. Mereka hanya melatih pedang mereka sendiri dan tidak peduli
dengan jalan lain. Bahkan, jika mereka mendapatkan buku teknik yang lebih
tinggi, mereka tidak akan tergoda, hanya akan memegang pedang mereka sendiri.
Tanpa obat dan gangguan.
Dalam perjalanan panjang
seni bela diri, para seniman bela diri menunjukkan kemampuan mereka untuk
menjelajah. Jawaban praktisi pedang itu sederhana dan unik, yaitu menerangi
malam dengan cahaya pedang.
"Orang seperti ini
datang untuk evaluasi, sekte sudah memutuskan untuk nggak memberi kita
kesempatan menggunakan jalan belakang," ujar Darna yang tampak pucat.
"Kenapa harus menggunakan
jalan belakang?" kata Yasmin berkata dengan nada meremehkan, lalu
melanjutkan, "Di Srijaya, ada seorang praktisi pedang bernama Surya,
bukankah dia juga kalah di tangan Adriel?"
"Meskipun
tingkatannya berbeda, mereka semua adalah praktisi pedang. Kalau Adriel bisa
menang, aku juga bisa!"
Saat itu, Saka dan yang
lainnya juga telah memasuki kediaman Guru Negara. Sambil berjalan, Saka dengan
bingung menatap Davina dan berkata, " Kenapa kamu datang lagi?"
"Apa
urusanmu?"
Ketika memikirkan apa yang
akan terjadi nanti, Davina tidak bisa menahan rasa antisipasinya dan tersenyum.
"Kamu! Apa Guru
Negara sudah mengirimkan undangan kepadamu, makanya kamu datang? Siapa yang
menyuruhmu datang begitu awal?"
Davina agak kurang
senang. Menurut rencananya, tokoh penting seharusnya muncul terakhir. Justru
saat Yasmin bersiap untuk berlutut dan memberi penghormatan di hadapan banyak
orang, Guru Negara langsung mengabaikannya.
Kemudian, dia baru
memperkenalkan Saka dengan cara megah, sehingga membuat Saka menjadi orang
terakhir yang bersinar. Sekarang, ini benar-benar mengacaukan rencananya.
"Masalah ini kamu
harus tanya dia ... " ujar Saka sambil menatap Roni.
Davina juga memandang
pelaku utama ini dengan ekspresi masam.
Namun, Roni justru
tampak cemberut, lalu tersenyum paksa dan berkata, "Awalnya, aku ingin
merekrut Yasmin, tapi sekarang malah ... Ah, lupakan saja."
Sambil berkata, dia
menghela napas dalam-dalam. Dia merasa agak sakit hati karena kehilangan Yasmin
demi menjaga Saka.
Davina hanya meliriknya
dengan bingung, lalu melihat Saka di sampingnya dan menggelengkan kepala.
"Ada yang bergantung pada jaringan, ada yang bergantung pada kemampuan.
Tapi, seperti kamu yang bergantung pada keberuntungan, aku baru pertama kali
melihatnya."
"Hah?" Roni
agak bingung.
"Hah
kepalamu?"
Davina malas untuk
menjelaskan, mereka bersama-sama masuk ke dalam sebuah arena seni bela diri di
kediaman Guru Negara.
Di sini sudah disiapkan
banyak hal, di depan ada sebuah panggung tinggi, jelas bahwa nanti akan
diadakan upacara pengangkatan guru di atas panggung itu.
Tidak ada kemewahan yang
mencolok, malah terlihat sangat sederhana, tetapi hanya ada para kepala
keluarga dari tujuh keluarga besar yang hadir. Tempat ini sudah menjadi
tontonan paling megah di Kota Sentana.
Apa yang terjadi di
depan pintu tadi sudah tersebar.
Saat Saka dan yang
lainnya duduk, tatapan orang-orang tertuju ke arah Saka dan Roni menjadi
sedikit penuh makna.
"Pangeran Keempat,
sepertinya kita nggak bisa memenangkan hati keluarga Romli lagi... "
"Siapa suruh dia
melindungi Saka dan menerima bawahan seperti ini? Sudah nggak bisa bantu, malah
menghambat!"
Beberapa suara
desas-desus baru saja muncul, tiba-tiba terdengar suara marah. "Aku mau
lihat siapa yang berani berdesas-desus!"
Namun, Julio melangkah
maju dengan ekspresi marah, dan menatap semua orang dengan tatapan dingin.
"Aku mau lihat
siapa yang berani membicarakan menantu keluarga Dimasta!"
Saat ini, Damar juga
merasa marah dan menatap semua orang.
Pewaris dari dua
keluarga besar angkat bicara. Mereka segera meredam suara desas-desus itu.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: